-->

di balik buku

Berbagai hal menarik yang bisa kita pelajari dari buku dan pengalaman orang lain.

Powered by Blogger.

Featured Posts

Thursday 8 October 2015

The Essence of Leadership

No comments :
getbrandnew.com
In Tribes, We Need You to Lead Us, Seth Godin writes the essence of leadership.
Leadership is scarce because few people are willing to go through the discomfort required to lead.
This scarcity makes leadership valuable.…It’s uncomfortable to stand up in front of strangers.
It’s uncomfortable to propose an idea that might fail.
It’s uncomfortable to challenge the status quo.
It’s uncomfortable to resist the urge to settle.
When you identify the discomfort, you’ve found the place where a leader is needed.If you’re not uncomfortable in your work as a leader, it’s almost certain you’re not reaching your potential as a leader.
To lead, we need an environment to be vulnerable, to face our discomfort zone. In Daring Greatly: How the Courage to Be Vulnerable Transforms the Way We Live, Love, Parent, and Lead, Brene Brown shows indicators of genuine leadership in a community.

To have a genuine leadership, we need to have an environment that makes us vulnerable and eager at the same time to say these things:

• I don’t know.
• I need help.
• I’d like to give it a shot.
• It’s important to me.
• I disagree—can we talk about it?
• It didn’t work, but I learned a lot.
• Yes, I did it.
• Here’s what I need.
• Here’s how I feel.
• I’d like some feedback.
• Can I get your take on this?
• What can I do better next time?
• Can you teach me how to do this?
• I played a part in that.
• I accept responsibility for that.
• I’m here for you.
• I want to help.
• Let’s move on.
• I’m sorry.
• That means a lot to me.
• Thank you.

What do you think?

Monday 5 October 2015

Hei Kamu, Si Kolam Kecil!

No comments :
Kuhampiri lagi dirimu
Aku ingin terhubung lagi denganmu
Hei Kamu, Si Kolam Kecil!

Pagi ini aku sedikit nakal
Kutendang-tendangkan kakiku
Mengajakmu bermain
Kau sambut dengan riak-riak kecil
“Aku  berkomitmen untuk peduli,” katamu
Ah, kamu selalu berhasil membuatku tersenyum
Hei Kamu, Si Kolam Kecil!

Kulemparkan batu karena kesal
Aduh, Kau balas dengan cipratan
“Perlakukan aku dengan baik, aku ini berharga,” katamu
“Maaf, ayo kita bicara dengan baik,” jawabku
Hei Kamu, Si Kolam Kecil

Pagi ini Kamu ada lagi untukku
Bukan cuma aku
Ada juga burung-burung yang terbang menciummu
Ada juga ikan-ikan yang Kau rengkuh
“Ke manakah egomu?” tanyaku
“Aku pun punya ego,” katamu, “tapi aku memilih untuk hadir”

“Hei Kamu, Si Kolam Kecil
Apa Kamu tidak iri pada awan?
Dia juga  air, tapi orang bilang
Awan itu lebih besar
Awan itu lebih indah
Awan itu lebih tinggi”
Dengan tenang Kau jawab
“Hidupku bukan untuk membanding-bandingkan
Bukan untuk bersaing
Aku hidup untuk melakukan terbaik yang Aku bisa
Aku hidup untuk berani menantang diri”

Hei Kamu, Si Kolam Kecil
Mengapa Kamu alirkan dirimu ke selokan?
Bukankah itu membuatmu berkurang?
Kau jawab, “Tahukah Kamu?
Air yang tergenang menjadi kotor
Hanya air mengalir yang tetap jernih
Jika aku mencintai sesuatu, aku perlu berani melepaskannya”

Hei  Kamu, Si Kolam Kecil
Kamu yang menjadi dirimu apa adanya
Kamu yang jujur pada diri Kamu sendiri
Terima kasih sudah menjadi temanku
Terima kasih sudah menjadi guruku

Hei Kamu, Si Kolam Kecil

Friday 18 September 2015

To Love is To Be Vulnerable

No comments :
“To love is to be vulnerable,” wrote C.S. Lewis in The Four Love.
Our society tends to view vulnerability as a weakness.
People tends to speak the easy way, and at times the voice inside your head joins too.

“Conceal your vulnerability, hence you are strong,” they say.
“Take it easy. Stay quiet. Don’t share stories, experiences, nor ideas.”
“No one is really paying attention. Your struggle is useless, people won’t change. Your effort only makes you weary.”
“So you’ll keep trying, huh? Good luck, you’ll give up in the end anyway.”
“Don’t show those things. You’ll expose yourself. People will know that you are vulnerable inside.”

Yet, the people we admire usually are the most vulnerable ones.
They are vulnerable because they face uncertainty.
They are vulnerable because they take risk
They are vulnerable i
Vulnerability is the essence of feeling. We expose ourselves. Hence in loving, we need to be vulnerable.

As Brene Brown writes in Daring Greatly.

“Waking up every day and loving someone
who may or may not love us back,
whose safety we can’t ensure,
who may stay in our lives or may leave without a moment’s notice,
who may be loyal to the day they die or betray us tomorrow—
that’s vulnerability.
Love is uncertain. It’s incredibly risky.
And loving someone leaves us emotionally exposed.
Yes, it’s scary
and yes, we’re open to being hurt,
but can you imagine your life without loving or being loved?”

There is no certainty in loving other human being—in loving the creation. “Thou is love, the suffer has no ending,” spelled Commodore Tian Feng.
The only love we can depend on comes from Our Creator. “If you love Me by walking, I hall love you by running,” He Says.

Yet, The Cherisher of the world veil Himself from us. if He accept our love, He will give the best scene as the ending in our life. Till that moment comes right after us, we are very vulnerable to His love.
Yet, He never fails His promise.  That is the only thing we can be sure of. To vulnerably love Him is the only thing we can do to beg for His love, to ask for His forgiveness.

Yet, it is still enticing to love other human being.
Exciting.
Infatuating.
Thrilling.
Love is a humanity heroine. 
It makes us beg, it makes us plead.
Therefore, our love to other human has border. Or, the love will enslave us.
We need a solemn Convenant—mitsaqan ghalizha. A promise called marriage.
Make the promise, then be vulnerable.
As a husband, it is an everyday work to be vulnerable to her.
As a wife, it is an honor to be vulnerable to him.
Be vulnerable!
She needs you to spell her the magic words. Tell her “I love you” every single day.
He needs you to rest his ego on your lap. Show him how he has given the best effort every time he comes home.

Tomorrow is your day. Be vulnerable to each other for the rest of your life.
As this promise called marriage is an important milestone for each of you.
Both of you will help each other to make each soul become the most vulnerable one to the Master of All Love.

Happy marriage Ihsan & Dania! To marry is to be vulnerable!

Thursday 7 May 2015

Negara di Mulut Krisis: Jangan Sampai Melupakan Sejarah

No comments :
April 2015. Hingar-bingar kembali muncul di Bandung dan Jakarta. Perwakilan dari berbagai negara datang untuk memperingati 60 tahun pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.

Kalau bernostalgia ke dekade 50-an, Indonesia saat itu sedang menjadi sorotan dunia. Walau belum 10 tahun merdeka, Indonesia mampu memimpin negara-negara yang baru merdeka dan juga yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Hingga pada 18-24 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah  Konferensi  Asia Afrika. Salah satu ajang  politik paling besar di dunia. Praktis Indonesia menjadi salah satu pusat dunia.

Selang beberapa tahun, Soekarno menggaungkan New Emerging Forces. Poros baru yang berusaha menandingi Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet. Dua poros terakhir ini menjadi superpower karena kemenangan mereka di Perang Dunia II. New Emerging Forces menjadi pilihan alternatif kekuatan baru.

Indonesia pun mulai mendapat tarikan dari Poros Barat dan Timur. JFK dan Soekarno cukup intens berinteraksi. Namun Soekarno kurang menyukai permintaan Blok Barat, dengan lantangnya ia berkata, “Go to hell with your aid!” Keberanian yang jarang dimiliki pemimpin banyak negara.

Ditambah lagi adanya konflik dengan Malaysia yang disokong Inggris membuat Indonesia memilih untuk lebih merapat ke Blok Timur. Kubu komunis di dalam negeri seperti mendapat angin segar. Namun ini menimbulkan konflik dengan kubu lainnya. Kubu agama didepak dengan dibekukannya Masjoemi tahun 1960. Sementara itu desakan PKI untuk mempersenjatai petani menimbulkan adanya ketegangan kaum sosialis dengan militer.

Politik mercusuar yang Soekarno dorong membuat Indonesia mendapat lebih banyak lagi sorotan. Sebagai seorang arsitek, Soekarno banyak membangun monumen untuk membesarkan hati rakyat. Sayangnya fondasi ekonomi Indonesia buruk. Indonesia terkena krisis.

Kebijakan Benteng yang waktu itu diterapkan terlalu membatasi hak sebagian warga negara untuk membuka badan usaha. Sertifikat untuk membentuk perusahaan hanya dimiliki oleh orang tertentu. Bahkan peranakan Tionghoa tidak bisa membentuk perusahaan. Praktik jual beli sertifikat hak usaha pun terjadi. Ditambah lagi pengusaha tidak didorong untuk ekspor, kebanyakan mengimpor produk untuk dijual lagi di dalam negeri.

Ketahanan pangan Indonesia saat itu buruk.  Kelaparan terjadi di mana-mana. Kharisma pemimpin sebesar Soekarno pun sulit membuat rakyat lupa bahwa perutnya lapar.

Terjadi inflasi gila-gilaan. Pemerintah sampai terpaksa melakukan sanering. Uang seribu rupiah nilainya dipotong menjadi hanya Rp.1. Tentu sanering ini berbeda dengan redenominasi. Redenominasi hanya mengubah nominal pecahan, sementara sanering memotong nilai uang itu sendiri. Rakyat dimiskinkan oleh sistem.

Hingga puncaknya pada tahun 1965, beberapa pihak di dalam PKI tersulut untuk melakukan revolusi. Ini dimulai dengan penculikan dan pembunuhan para jenderal.

Adanya krisis membuat masyarakat lebih mudah diprovokasi. Timbul upaya perlawanan untuk memberantas komunis di Indonesia. Memang sulit mengukur jumlah korban saat itu. Namun bisa dipastikan ratusan ribu orang jadi korban. Dampak dari krisis tahun 60-an terlalu mengerikan.

Setelah itu, Soeharto memulai kepemimpinan masa Orde Baru. Seperti Lee Kuan Yew di Singapura dan juga Park Chung-hee di Korea Selatan, kestabilan politik dan ekonomi menjadi prioritas utama pemerintah baru  ini.

Haluan negara yang cenderung komunis beralih menjadi kapitalis. Banyak investasi asing masuk Indonesia. Pemerintah mencanangkan Rencana Pembangunan Lima Tahun untuk memastikan arah pembangunan Indonesia. Kemakmuran mulai datang ke negeri Zamrud Khatulistiwa.

Mulai tahun 70-an, pertumbuhan ekonomi Indonesia maju sangat pesat. Ada 7 negara yang ekonominya tumbuh setidaknya 7% per  tahunnya. Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Tiongkok, Malaysia, Thailand, dan juga Indonesia. Pertumbuhan ini terus berlanjut selama seperempat abad. Lagi-lagi, Indonesia diprediksi  menjadi kekuatan besar ekonomi dunia.

Namun lagi-lagi pertumbuhan terjadi di atas fondasi ekonomi yang rapuh. Kemudahan izin perbankan lewat Pakto (Paket Oktober pada tahun 1988) membuat bank-bank menjamur. Dari hanya 66 di tahun 1988 menjadi 160 di tahun 1993. Sayangnya kontrol terhadap perbankan ini lemah. Bank Indonesia hanya mewajibkan simpanan aset bank di BI hanya 2% dari semula 15%. Praktik perbankan mulai tidak sehat.

Banyak yang berinvestasi di bisnis properti. Namun saat gelembung properti meletus, kredit-kredit macet mulai bermunculan  di tahun 90-an. Lampu kuning industri perbankan mulai ada pada tahun 1992. Ketika Bank Summa milik grup Soeryadjaya bangkrut dengan utang hampir US$ 800 juta.

Kepatriotan William Soeryadjaya memaksanya melepas saham di Astra daripada harus membebankan pelunasan utang ke APBN (sementara kebanyakan bank lainnya diselamatkan oleh BLBI). Namun akibatnya, salah satu perusahaan terbesar di Indonesia lepas tidak menjadi milik bangsa ini lagi.

Belum lagi praktik KKN yang membuat beberapa usaha tidak jelas mendapat aliran dana investasi.salah satu skandal besarnya adalah Eddy Tansil, yang berhasil meminjam US$ 520 juta dengan jaminan dari penguasa. Pinjaman ini ia dapat untuk mengimpor barang yang bahkan belum dia pesan. Sempat dipenjara karena terbukti korupsi, namun Eddy Tansil melarikan diri ke luar negeri.

Krisis pun terjadi  pada tahun 1997. Yang semula terjadi di Thailand ternyata berdampak ke seluruh Asia. Krisis ekonomi terjadi lagi yang mengakibatkan jatuhnya rezim Orde Baru. Kesulitan yang masyarakat Indonesia rasakan membuatnya menjadi mudah diprovokasi. Kerusuhan terjadi di berbagai tempat. Akibatnya lagi-lagi mengerikan. Jangan bandingkan mana yang lebih mengerikan, tragedi 65-66 atau 97-98. Kalau boleh memilih, sebaiknya kedua tragedi itu tidak perlu terjadi.

Sedikit sekali orang yang bisa memperkirakan krisis ekonomi 97. Karena penampakan luar ekonomi Indonesia sebenarnya terlihat sehat. Pahun 1996. account deficit Indonesia sebenarnya cukup rendah, hanya 3,5% dari GDP. Sebagai gambaran, account deficit Indonesia tahun 2013 itu 3,7% dari GDP.

Lalu bagaimana dengan Indonesia saat ini? Pasca-krisis ekonomi 97-98, Indonesia kembali pulih dan mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Pada 2 periode masa pemerintahan Susilo  Bambang Yudhoyono, ekonomi Indonesia tumbuh di  atas 5% per tahun.

Dari pertumbuhan ekonomi ini, sejak 2004 ada 7 juta penduduk Indonesia yang pendapatannya meningkat menjadi golongan kelas menengah. Ditambah lagi, komposisi penduduk Indonesia sedang mengalami bonus demografi. Sampai dekade 2030-an, lebih dari 60% penduduk Indonesia berada pada usia produktif. Saat ini benar-benar menjadi periode emas negeri ini. Bahkan McKinsey memprediksi Indonesia akan melesat menjadi ekonomi terbesar ke-7 dunia.

Namun jika melihat sejarah prakrisis 65 dan 97 dan berbagai pujian untuk Indonesia waktu itu, bukankah wajar kalau kita waspada negeri ini berada di mulut krisis?

Tahun 2013 lalu, industri batu bara mulai mendapat ancaman. Harga batu bara mulai turun. Ditambah lagi adanya tambang batu bara di Mongolia membuat Tiongkok berpaling dari tambang Indonesia. Undang-Undang Minerba yang membatasi ekspor bahan mentah juga memukul sektor industri tambang.

Memang segi positifnya dalam jangka panjang daya saing Indonesia akan meningkat dengan tumbuhnya industri pengolahan bahan tambang (dan juga penggunaan batu bara domestiki bisa digenjot nantinya). Namun dalam jangka pendek kebijakan ini cukup memukul pelaku industri.

Industri migas juga mulai terkena krisis. Di dunia internasional, perusahaan penyedia jasa migas Schlumberger dan Haliburton sudah merumahkan puluhan ribu karyawannya. Penyebabnya: harga minyak bumi yang jatuh. Perusahaan migas mulai mengencangkan ikat pinggang.

Industri lain yang bergantung pada sektor migas tentu terkena imbasnya. Contohnya saja perbankan. Kredit macet korporat mulai muncul. Keuntungan perbankan menjadi tipis. Untung saja kredit retail sejauh ini masih tetap baik.

Pada krisis dunia tahun 2008, Indonesia masih belum terkena dampaknya karena masih terlokalisasi di level korporat. Perusahaan-perusahaaan besar cukup terguncang pada krisis 2008, namun UMKM mampu menyokong perekonomian. Alhasil krisis 2008 tidak terlalu terasa.

Namun tahun 2015 ini bisa jadi masyarakat mulai merasakan gejala krisis. Nilai rupiah jatuh menjadi 
Rp. 13.000 per US$. Ketergantungan terhadap barang impor membuat harga-harga meningkat. Tahun 2015 industri retail sedang stagnan. 

Padahal dengan melihat pertumbuhan tahun lalu yang 15%, pengusaha berinvestasi dengan harapan tahun ini naik 10%. Sektor properti bahkan turun 40%. Alasannya: masyarakat mulai mengurangi belanja. Pertanyaannya: Ada apa? Apakah Indonesia sedang berada di mulut krisis?

Sejauh ini saya baru melihat adanya perlambatan ekonomi. Pertumbuhan tidak sesuai ekspektasi. Kondisi belum separah pra-65 dan 98. Namun tidak ada salahnya kalau kita waspada. Kencangkan ikat pinggang!

Sunday 26 April 2015

Jurnal Mentor #8: Nonton Bareng Guru Bangsa Tjokroaminoto

No comments :

Orang yang menjadi guru para pejuang kemerdekaan Indonesia
"Karena kalau orang Jawa dan Tionghoa bersatu, akan subur tanah ini," kata Tjokroaminoto yang diperankan oleh Reza Rahadian dalam film Guru Bangsa, menanggapi pertanyaan mengapa orang Jawa dan Tionghoa selalu diadu domba.

Mentoring kali ini diisi nonton lanjut diskusi film sejarah. Mengapa film Tjokroaminoto? Karena tokoh ini bisa dibilang pembaharu alias mujaddid di Indonesia abad ke-20.

Dari asuhannya lahir tokoh-tokoh yang mewarnai kancah perpolitikan Indonesia. Hanya saja di film ini kurang beberapa tokoh yang tidak ditampilkan, seperti Tan Malaka dan Kartosoewirjo.

Seperti kutipan kata-kata Pak Tjokro di atas, film ini mengajarkan banyak sekali  kebijaksanaan dan pengetahuan yang bisa mendewasakan bangsa ini dalam berpolitik dan berkarya. Mendengar kata-kata Stella yang diperankan Chelsea Islan dijamin membuat penonton tidak anti politik. "Politik itu membuat hukum. Hukum itu tentang kita," katanya.

Pemikiran menjadi air yang mengalir untuk rakyat

Pak Tjokro mengerti betul perkataan Imam Syafii tentang hakikat air. Air yang tergenang akan menjadi keruh, sementara air yang mengalir akan lebih terjaga kejernihannya.

Rumah Peneleh harus terus mengalir, katanya menanggapi murid terhebatnya Semaoen yang merapat ke Sneevliet untuk membincangkan politik "di cafe-cafe ditemani kopi dan anggur."

Pemberontakan yang dilancarkan Semaoen dan Sneevliet juga menarik untuk dibahas. Ujung-ujungnya berakhir kegagalan. Revolusi yang diomongkan penggagas komunisme di Indonesia itu terlalu terburu-buru. Tidak rapi. Bahkan dalam tulisannya, Tan Malaka sendiri mengkritik revolusi komunis saat itu tidak terorganisir.

Semaoen, Muso, Alimin yang mengutamakan hak atas tanah itu bisa dibilang tidak bijak. Memang kepemilikan tanah penting. Tapi memberikan tanah pada orang tidak terdidik sama saja dengan menyelamatkan bayi dari lubang buaya dengan menaruhnya di kandang singa.

"Perbedaan revolusi dengan evolusi itu ada pada huruf r. Revolusi itu menyertakan rakyat," kata Pak Tjokro. Itu yang membuat Pak Tjokro lebih memprioritaskan pendidikan untuk rakyat daripada tuntutan agrarianya Semaoen.
Ada sindiran menarik dari Agus Salim dalam perdebatan di rapat internal Syarikat Islam. "Kita butuh lebih banyak lagi orang-orang pintar seperti Semaoen dan untuk itu butuh pendidikan," katanya. Sindiran Agus Salim lainnya juga menarik, "Kata-kata yang diiringi bukti adalah jiwa Islam."

Belajar menjadi pria romantis dari Pak Tjokro

Guru Bangsa ini mengajarkan hakikat romantisme. Jalinan pernikahan Pak Tjokro menggambarkan benar hal yang akan dialami setelah menggenapkan separuh agama. Ada banyak susahnya. Banyak pengorbanan yang perlu diberikan untuk umat. Apalagi Pak Tjokro ini seorang mujaddid. Pembaharu. Ksatria piningit. Jang Oetama. Cobaan yang Allah berikan jauh lebih besar daripada ke masyarakat kebanyakan.

Menariknya Pak Tjokro ini seorang gentleman. Perilakunya ke sang istri sangat layak ditiru. Romantisme seorang suami yang meninggikan derajat istrinya, di tengah-tengah masyarakat yang masih sangat patriarkal.

Kemungkinan besar Soekarno belajar menjadi gentleman dari Pak Tjokro ini. Dalam buku Kuantar ke Gerbang, Bu Inggit menjelaskan betapa romantisnya Soekarno. Memasangkan bunga di rambut Bu Inggit dan membantunya berhias.

Lalu darimana Pak Tjokro belajar romantisme? Dugaan saya dari hadits Nabi tentang perilaku terhadap istri. Walau memang pasti ada pengaruh juga dari didikan Belanda.

Ada sindiran menarik juga bagi kaum lelaki yang perlu kaum wanita waspadai. Hobi nyepik. "Jangan percaya mulut lelaki, berani sumpah tapi takut mati."

Belajar bijaksana dalam berdakwah dari Pak Tjokro

Guru Bangsa mengajarkan kebijaksanaan. Pak Tjokro dari luar bertindak seperti menjadi antek Belanda. Namun seorang pembaharu punya kebijaksanaan yang sering sulit dimengerti orang kebanyakan.

Justru dengan berkoalisi dengan Belanda itulah, Serikat Islam bisa punya 181 cabang perwakilan dan 2,5 juta anggota lebih. Itu di masa belum ada alat komunikasi canggih apalagi social media.

Thariq mengomentari hal ini, "Film ini kurang menggambarkan koordinasi Serikat Islam mengembangkan organisasi. Pasti kan sangat sulit."

Ryan mengamati bagaimana konflik orang Jawa dan Tionghoa sudah sangat keras pada masa itu. "Memotong kepang rambut itu artinya mengorbankan harga diri," kata Ryan.

Kerapian organisasi yang lahir dari kebijaksanaan. Dimulai dari Serikat Islam, lalu Masyumi, dan sekarang partai yang dibenci dan dicaci banyak orang sekaligus dirindukan juga.

Belajar menerapkan hijrah di akhir zaman dari Pak Tjokro

Teladan Pak Tjokro bagi binaan yang masih SMA juga adalah semangat menuntut ilmu. Pak Tjokro ini anak terpandai di sekolahnya. Mengapa? Karena Pak Tjokro dari kecil sudah gelisah akan kondisi masyarakat. Galau kalau bahasa gaulnya.

Kegelisahan ini mendorongnya untuk mencari ilmu. Hijrah, gaung Pak Tjokro berkali-kali. Hal pertama yang perlu dicari dalam belajar adalah kegelisahan, rasa tidak nyaman. Dengan itu sesulit apa pun kita belajar, akan terus berjuang.

Berikut ini komentar binaan yang nonton bareng film ini tentang Pak Tjokro.

"Dia ialah seseorang yg suka membantu org yg memang bersungguh sungguh dan dia selalu teguh dgn keputusannya." Ryan

"Cokroaminoto sang guru bangsa adalah orang yang memiliki kepribadian dan pendirian yang sangat kuat, dia sangat menganggap serius hal-hal yang diajarkan padanya, salah contohnya adalah dia diperintahkan untuk hijrah oleh gurunya dan dia pun rela mengambil segala resiko demi pergi berhijrah. Dia juga adalah orang yang jenius, berambisi tinggi, pandai berbicara, dan pandai mengatur strategi. Dia selalu teguh pada keputusan yang dibuatnya walaupun keputusan tersebut dipandang buruk oleh orang lain." Thariq

Film ini sangat mendetail. Bahkan sampai tentara pun dibuat ada Londo Totok dan juga Londo Ireng. Memang didesain untuk rugi tampaknya. Film sejarah yang isinya banyak percakapan tidaklah menarik bagi kebanyakan penonton Indonesia. Durasinya 160 menit bahkan. Namun itu film ini sangat menyentuh nurani, membuat kita lebih mengenal asal-muasal bangsa Indonesia yang terdistorsi di buku sejarah yang diajarkan di sekolah. Semoga menjadi amal jariyah cucu dan cicit Pak Tjokro yang sudah susah-payah membuat film ini. Mereka sampai riset ke Belanda untuk mencari dokumen sejarah bahkan.

Hijrah. Ini yang menjadi tema utama kehidupan seorang pembaharu Indonesia, Hadji Oemar Said Tjokroaminoto. Saya tutup resume mentoring kali ini dengan percakapan menarik dari Pak Tjokro dan Agus Salim.

"Sudah sampai mana hijrah kita?" kata Pak Tjokro.

"Arafah mungkin," jawab Agus Salim.

"Sudah benarkah arah hijrah kita?"

"Dalam hijrah selalu ada masa kesepian dan keterkucilan."

"Hijrah yang benar adalah: setinggi-tinggi ilmu. Sepandai-pandai siyasah. Semurni-murni tauhid."

Saturday 11 April 2015

Jurnal Fasil Kejar Aurora: Bermain Berhitung, Memangku Anak, dan Dongeng Boneka Tangan

No comments :
Kejar Aurora adalah tempat belajar bersama antara orang dewasa dan anak-anak

Ada 3 aktivitas yang saya lakukan di Kejar Aurora hari ini: bermain berhitung, mengangkat anak, dan bermain boneka tangan

Bermain berhitung

Pemainan ini terinspirasi dari serial drama Jepang, Dragonzakura. Drama yang saya tonton saat SMA dulu sangat menginspirasi saya dalam hal prinsip dan metode mengajar. Belajar itu harus menyenangkan. Tapi jangan sampai terjebak jadi hanya haha-hihi. Harus tetap ada pembelajaran yang didapat.

Salah satu metode belajar dalam Dragonzakura adalah menggunakan kartu remi untuk belajar berhitung. Metode ini menantang bagi anak sekaligus melatih kemampuan berhitungnya dengan lebih cepat.

Metode berhitung dengan kartu remi ini cocok untuk anak yang kemampuan berhitungnya masih belum lancar. Berikut ini cara bermainnya:

1.       Sediakan satu set kartu remi, lalu ambil hanya kartu As dan kartu bernomor 2-10
2.       Kocok kartu
3.       Keluarkan satu kartu, misal yang keluar kartu 8 hati, minta anak untuk menyebutkan angka pada kartu tersebut
4.       Setelah itu keluarkan kartu berikutnya, minta anak untuk menjumlahkan kartu pertama dan kartu kedua. Misal  yang keluar 4 wajik, maka anak harus menyebut 12 yakni hasil dari 8 ditambah 4
5.       Keluarkan kartu berikutnya, lalu minta anak untuk menjumlahkan lagi hasil sebelumnya dengan angka pada kartu tersebut. Misal yang keluar 2 hati, maka anak harus menyebut 14, hasil dari 12 ditambah 2
6.       Terus keluarkan kartu satu per satu sampai semua kartu di tangan habis
7.       Jika hasil perhitungan anak tepat, hasil penjumlahan seluruh kartu akan menjadi 220
8.       Untuk kartu As dihitung sebagai angka 1
9.       Akan lebih menarik jika waktu anak menghitung diukur dengan stopwatch dan dilombakan dengan teman-temannya

Biasanya hasil dari permainan ini akan terlihat kira-kira setelah 10 kali bermain. Kemampuan anak dalam berhitung akan meningkat lumayan banyak.

Namun ada yang cukup mengejutkan di Kejar Aurora hari ini. Salah satu anak ternyata punya kemampuan berhitung yang cukup bagus. Uji, seorang anak kelas 1 SD, sudah lumayan lancar menghitung mulai dari kartu pertama sampai selesai, di angka 216 (satu kartu angka 4 di set saya hilang).

Menemukan bakat anak di momen-momen seperti ini menurut saya priceless. Di pertemuan berikutnya kami di Kejar Aurora bisa mulai mengembangkan bakat Uji di bidang matematika ini. Semoga saja bisa membuat Uji lebih termotivasi untuk belajar ke depannya.

Memangku anak

Ada sekitar 10 anak yang saya ajak berhitung dengan kartu remi hari ini. Apa yang membuat anak-anak ini mau repot-repot berhitung?

Tentu saja karena ada insentifnya. Apa yang menjadi motivasi anak? Ini yang saya ucapkan sebelum bermain kartu, “Main berhitung bareng saya yuk! Nanti kalau berhasil saya angkat ya.” Anak-anak pun semangat mengantre untuk ikut bermain.

Ada beberapa pilihan mengangkat yang disukai anak-anak:  gaya pesawat, diangkat ke atas pundak, digendong di punggung, dan dipegang di ketiaknya lalu diangkat.

Kebanyakan anak sangat suka diangkat seperti ini. Bukan hanya diangkat, tapi juga dibawa jalan-jalan saat diangkat. Bahkan berlari kalau bisa, lalu diputar-putar. Dibawa naik turun. Anak akan sangat senang jika ada orang dewasa yang melakukan hal ini untuknya.

Mengapa anak suka saat dipangku? Mungkin karena menantang bagi mereka. Mungkin juga karena mereka bisa memandang sekitar dari angle yang lebih tinggi. Namun penjelasan menarik ada di lirik lagu “Dance with My Father.”

Back when I was a child
Before life removed all the innocence
My father would lift me high
And dance with my mother and me and then
Spin me around till I felt asleep
Then up the stairs he would carry me
And I knew for sure I was loved

Anak ingin merasa dicintai oleh orang di sekitarnya. Dengan ada orang dewasa yang mau bermain bersama mereka, mengangkat-angkat mereka sampai kelelahan. Anak merasa dicintai.

Perasaan merasa dicintai saat anak masih kecil inilah, yang mungkin akan membantu anak di saat mereka dewasa bahwa mereka akan selalu punya harapan. Bahwa mereka layak untuk dicintai apa adanya, namun bukan seadanya.

Bermain boneka tangan

Boneka tangan sangat membantu untuk mengakrabkan diri dengan anak. Ini yang membuat saya selalu membawa boneka tangan di tas. Kalau mau kenalan dengan anak-anak, cukup pakai boneka tangan dan ia akan lebih nyaman berinteraksi dengan kita.

Dari boneka tangan ini, saya menemukan potensi baru lagi. Namanya Martha, sekarang kelas 1 SMP. Sejak pertama bertemu rasa percaya dirinya memang sudah tinggi. Tidak ragu untuk berpendapat.

Martha pinjam 2 boneka tangan yang saya bawa, si gajah dan si bebek. Lalu ia mengarang cerita dengan 2 intonasi yang berbeda untuk gajah dan bebek.

Bebek: “Kamu tahu ga? Aku lagi senang lho!”
Gajah: “Senang kenapa emangnya Bek?”
Bebek: “Aku senang soaPlnya kemarin aku kepeleset?”
Gajah: “Kenapa senang kepeleset? Itu kan sakit, biasanya sedih kalau kepeleset.”
Bebek: “Soalnya kepeleset ke hati kamu.”

Duh, ceritanya bikin mau muntah. Habis beres itu cerita, saya dan Martha muntah bareng-bareng (haha :p). Orisinalitas dan rasa percaya diri ini yang mahal. Jarang ada anak yang survive masuk SMP dan masih punya hal ini.



“In learning you will teach, and in teaching you will learn,” begitu kata Phil Collins. Ini refleksi yang saya dapat dari Kejar Aurora hari ini. Yang saya terima jauh lebih banyak dari sedikit yang saya berikan.

Thursday 9 April 2015

Jurnal Mentor #6: Menggali Passion

No comments :
Passion memudahkan seseorang dalam berkarya

Kata passion alias renjana itu overused. Ya. Memang. Tapi passion itu rezeki yang Allah anugerahkan untuk manusia, jadi tak ada salahnya kalau kita gali. Toh kalau dapat bakal mempermudah langkah dakwah ke depannya.

Di pertemuan mentoring 9 April 2015 ini kelompok binaan berdiskusi tentang apa itu passion. Dalam Al Baqarah ayat 30, Allah menciptakan manusia untuk jadi khalifah di dunia ini.

Allah punya sifat Maha Pengasih dan Mahabijaksana. Jika Allah memberi tugas pada makhluknya, Allah pasti memberikan sarana untuk mengerjakan tugas itu. Ada potensi, bakat, dan rasa suka juga rindu terhadap tugasnya. Sehingga beratnya tugas bisa terasa lebih ringan.

Sekarang ini jumlah manusia hampir sudah 7 milyar lebih. Apa artinya ini? Allah menciptakan khalifah tapi ada banyak. Dalam Al Hujuraat ayat 11 dijelaskan kalau kita diciptakan berbeda-beda agar saling mengenal. Salah satu perbedaan ini dalam hal talenta dan passion.

Kita bukan Nabi Zulkarnain, yang multitalenta. Zulkarnain a.s. ahli logam, beliau bisa menempa peralatan perang tercanggih di zamannya. Beliau juga ahli bahasa, pernah beliau datang ke satu kota yang bahasanya belum ia kenal. Dalam waktu kurang dari 1 jam beliau bisa berbicara bahasa tersebut.

Bukan. Kita bukan Zulkarnain. Talenta dan passion kita lebih terbatas. Dan juga berbeda-beda. Agar kita saling mengenal. Saling bekerja sama. Saling membutuhkan. Juga agar kita menyadari kalau kita itu lemah dan membutuhkan yang Mahakuat.

Namun yang perlu digarisbawahi. Passion itu rezeki. Given. Karena itu, mencari passion harus seperti mencari rezeki lainnya. Berjalan perlahan. Jangan diburu-buru. Dan kalaupun sudah menemukan passion tapi belum bisa mencari nafkah dari passion itu, selo dan bersabar saja. Perlahan-lahan.

Rezeki lainnya kan seperti harta, anak, jodoh, umur. Orang miskin bisa masuk surga. Ada yanh tidak punya anak, tapi bisa masuk surga juga. Bahkan ada yang masih jomblo dan sudah Allah jamin masuk surga.

Begitu pula, kalau ternyata susah ketemu passion. Tidak usah galau, gundah, resah, gulana, risau, sedih. Passion itu alat, bukan tujuan. Saat mati belum ketemu passion pun, Allah Maha Penyayang, semoga Allah tetap Mudahkan kita masuk surganya. Tujuan hidup kan itu ya.

Passion itu mempermudah hidup kita. Karena akan lebih mudah jika kita dalam bekerja dalam hal yang untuk itu kita diciptakan. Meminjam lirik lagu The Power of A Dreamnya Celine Dion. "There is nothing ordinary in the living of each day. There's a special part everyone of us will play." Tiap satu orang yang menemukan passion dan talentanya, beban dakwah umat secara keseluruhan akan jadi lebih ringan.

Untuk membantu binaan mencari passionnya, saya ajak menonton video Marcus Buckingham, "The Truth About You." Berikut ini trailer video itu.


Ada 3 mitos tentang passion yang disalahpahami banyak orang yang Buckingham bahas. Mentoring kali ini lebih membahas mitos pertama.

Mitosnya adalah semakin tua kita, kepribadian kita akan berubah. Kenyataannya sebaliknya. Buckingham berpendapat kalau dalam diri kita sudah ada kecenderungan internal yang tidak bisa diubah.

Orang yang kompetitif seperti Michael Jordan sudah kompetitif sejak kecil. Dan akan tetap kompetitif sampai tua. Orang yang penengah seperti Gandhi akan frustrasi kalau memaksakan diri dalam lingkungan penuh persaingan. "If you judge a fish by its ability to fly, it will see itself as a fool for the rest of its life," kurang lebih begitu kata Einstein.

Ada salah paham tentang kekuatan dan kelemahan yang dibahas Buckingham. Umumnya orang menganggap kekuatan itu hal yang bisa kita lakukan, kelemahan itu hal yang tidak bisa kita lakukan.

Buckingham menyodorkan alternatif. Ada hal-hal yang bisa kita lakukan namun kita tidak sukai. Saat mengerjakannya kita merasa tersiksa, dan saat selesai kita merasa, "Ah akhirnya selesai juga." Kita tidak menunggu-nunggu, "Kapan ya bisa ngerjain itu lagi?  Ga sabar nih."

Alternatif dari Buckingham: kekuatan itu yang membuat kita jadi lebih bersemangat sebelum, saat, dan setelah mengerjakannya. Mengerjakannya bisa jadi sulit. Namun ada fitrah dalam diri yang membuat kita mau lakukan lagi dan lagi.

Kebalikannya. Kelemahan itu yang membuat kita merasa lemah. Bisa jadi kita sangat jago dalam hal itu. Bahkan bisa jadi kita digaji untuk mengerjakannya. Tapi itu tetap jadi kelemahan kalau memperlemah internal diri kita.
Masalah berikutnya setelah tahu arti kekuatan dan kelemahan, bagaimana cara mencarinya?

Ada beberapa metode. Bahkan sekarang ada psikotes Talent Mapping yang hasilnya lumayan akurat (tes ini saya ambil saat akan lulus kuliah untuk tahu pekerjaan apa yang sebaiknya saya ambil, dan sampai sekarang hasilnya masih jadi rujukan saya untuk mengevaluasi karier).

Ada juga alternatif yang diberi Buckingham. Yang ini gratis. Cukup sediakan buku catatan dan pulpen.

Caranya: tiap kali mengerjakan sesuatu dan merasa bersemangat. Catat. Harus langsung catat. Jangan tunda sampai malam hari, saat coba mengingat-ingat.

Jangan remehkan jenis pekerjaan yang membuat kita bersemangat. Jangan klasifikasikan. Cukup catat. "Mengepel lantai," "membersihkan rumah," "menulis blog," "membaca buku," "mengasuh bayi."

Jangan juga catat hal-hal yang kita terima. Seperti saat dipuji, saat dapat nilai bagus. Yang saat kita pasif seperti ini tidak dihitung.

Pertemuan mentoring berikutnya akan kita bahas tentang menganalisis hasil pencatatan ini. See you next week.